BPBD Bandung Barat Perkuat Kesiapsiagaan Warga di Kawasan Rawan Sesar Lembang
Jayantara-News.com, Bandung Barat
Upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana kembali dilakukan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) melalui BPBD. Kali ini, pelatihan mitigasi digelar di Lembang dengan fokus utama untuk peserta dari Kecamatan Cisarua, salah satu wilayah yang berada di jalur potensi pergerakan Sesar Lembang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD KBB, Dedi Supriadi, SE., MM., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari langkah terencana untuk memperkuat kapasitas masyarakat di wilayah rawan.
“BMKG dan BRIN menetapkan lima kecamatan yang paling rentan terhadap bencana, yaitu Lembang, Parongpong, Cisarua, Ngamprah, dan Padalarang. Karena itu, kami memprioritaskan pelatihan di daerah-daerah tersebut,” jelas Dedi.
Menurutnya, arahan Bupati Bandung Barat menegaskan perlunya sosialisasi berkelanjutan di seluruh kecamatan yang berada di sekitar jalur sesar, sehingga masyarakat memiliki kemampuan dasar dalam menghadapi situasi darurat.
Pelatihan ini melibatkan sekitar 50 peserta yang berasal dari Destana, PKK, PMI, Tagana, KSB, serta tokoh masyarakat. Kehadiran delapan Destana dari Cisarua menjadi perhatian khusus karena mereka diharapkan menjadi garda terdepan dalam penanganan awal bencana.
“BPBD hanya memiliki 45 personel untuk menangani 165 desa. Artinya, peran masyarakat dan relawan sangat menentukan. Tidak semua kejadian bisa menunggu tim BPBD datang,” ujar Dedi.
Ia mencontohkan bahwa penanganan kejadian ringan seperti pohon tumbang atau evakuasi awal korban dapat dilakukan oleh Destana sebelum tim resmi tiba di lokasi.
Selain itu, keberadaan grup komunikasi relawan Kabupaten Bandung Barat menjadi sarana efektif untuk mempercepat alur informasi saat terjadi bencana. Melalui jejaring tersebut, laporan warga bisa langsung diterima BPBD tanpa menunggu proses berjenjang dari desa dan kecamatan.
Dalam pelatihan, peserta juga mengikuti sesi praktik seperti teknik pertolongan pertama, water rescue, dan metode evakuasi korban. Dedi menegaskan bahwa praktik lapangan jauh lebih penting bagi peserta dibandingkan materi teori.
“Teori bisa dibaca di mana saja. Tapi kemampuan praktik itu yang menentukan kesiapan di lapangan. Peserta harus tahu bagaimana membawa korban, menangani patah tulang, sampai cara melakukan penyelamatan awal,” katanya.
BPBD Bandung Barat juga mendapatkan mandat dari pemerintah provinsi untuk memperkuat edukasi mitigasi bencana di tingkat sekolah. Melalui rapat koordinasi sebelumnya, semua sekolah diwajibkan melakukan sosialisasi penanganan gempa.
“Sekolah-sekolah harus menerapkan prinsip sederhana: gerak, menunduk, lindungi kepala. Kepala sekolah wajib melaporkan pelaksanaannya,” ujar Dedi.
Materi juga disampaikan oleh pemateri Triyadi yang menjelaskan pembagian sembilan klaster kebencanaan, mulai dari asesmen, pertolongan pertama, evakuasi, posko darurat, hingga dapur umum lapangan. Struktur ini dijadikan pedoman agar masyarakat memahami alur penanganan bencana secara menyeluruh.
Dengan pelatihan ini, BPBD berharap masyarakat di wilayah rawan Sesar Lembang semakin siap, mandiri, dan mampu memberikan respons cepat sebelum bantuan resmi tiba. (Nuka)
